Jumat, 13 Maret 2015

PENGELOHAN LIMBAH SECARA BIOLOGIS


Pendahuluan

1.      Pengertian
Yaitu pengolahan (treatment) air limbah dengan menggunakan mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah menjadi bahan yang kurang menimbulkan potensi bahaya (misalnya keracunan, kematian biotik akibat penurunan DO, maupun kerusakan ekosistem). Pengolahan secara biologi seringkali merupakan pengolahan tahap kedua (secondary treatment) dalam sebuah IPAL.
2.      Prinsip Kerja
Biasanya disediakan media penunjang sebagai tempat hidup mikroorganisme, baik secara melekat maupun tersuspensi sehingga mereka dapat hidup secara optimal dan  menguraikan sampah organik pada air limbah tersebut.
3.     Metode pengolahan
 Banyak sekali jenis pengolahan air limbah secara biologi, namun yang paling sering digunakan ialah sebagai berikut :

a)     LUMPUR AKTIF  [AKTIVATED SLUDGE]
Pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif mulai dikembangkan di Britania Raya (Inggris) pada tahun 1914 oleh Ardern dan Lockett. Dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan massa mikroorganisme aktif yang tumbuh saat prosesnya, biasanya berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman. Massa mikroorganisme aktif tersebut umumnya tersusun atas :
·         Bakteri (seperti spesies Acinetobacter, nitrosomonas, nitrobacter dan Zoogloea ramigera)
·         Protozoa (seperti Aspidisca, Carchesium, Opercularia, Trachelophyllum, Vorticella)
·         Amoeba (seperti Cochliopodium dan Euglypha )
·         Organisme lain yang ada antara lain jamur, rotifer dan nematoda.


Proses kerja sistem pengolahan lumpur aktif dapat dijabarkan dengan flowchart dibawah ini :
1.      Air limbah mula-mula dilewatkan pada saringan kasar (screen) untuk memisahkan sampah berukuran besar, kemudian dipompa menuju bak pengendap/penampung  awal untuk mengendapkan padatan tersuspensi (suspended solid) sekitar 30-40 %. Padatan tersuspensi yang terendapkan akan dibuang ke bak pengering lumpur. Bak pengendap/penampung ini yang juga dilengkapi alat pengatur debit aliran.
2.      Air limpahan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus udara (O2) dengan sebuah blower sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan polutan organik yang ada dalam air limbah, berkembangbiak, hingga terbentuk biomassa aktif berwarna kelabu/coklat kehitaman yang disebut lumpur aktif. Didalam bak aerasi ini unjuk kerja lumpur aktif dilaksanakan.
3.      Dari bak aerasi, air beserta kelebihan lumpur aktif dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini sebagian lumpur aktif diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sementara sebagian lumpur lagi akan alirkan menuju bak pengering lumpur setelah dilakukan disinfeksi terlebih dahulu untuk kedibuang/dibakar. Pembuangan lumpur ini bertujuan untuk menjaga kestabilan jumlah lumpur aktif.
4.      Air limpahan dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor (berupa cairan/tablet) untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum/mengalami proses pengolahan selanjutnya.


Ø  Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan lumpur aktif
o   Kelebihan :
a.       Dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang cukup besar yaitu 250-300 mg/liter
b.      Tidak memerlukan lahan yang luas
c.       Mampu membentuk gumpalan (flok) yang dapat menjerap bahan anorganik, seperti logam berat
d.      Jumlah biomassa tidak akan pernah habis (melimpah).
o   Kekurangan :
a.       Perlu pengontrolan yang relatif  ketat agar diperoleh perbandingan yang tepat antara jumlah makanan dan jumlah mikroorganisme yang ada
b.      Sering menimbulkan bau bila jumlah lumpur terlalu banyak
c.       Banyak menghabiskan suplay oksigen.
o   Contoh aplikasi : sistem pegolahan air limbah pada rumah sakit  &  industri kertas (pulp).

b)     KOLAM AERASI  [LAGOON AERATION]
Lagoon aeration adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator. Proses kerja reaktor ini ialah menampung air limbah dalam sebuah kolam besar yang diatur supaya suasana aerobik berjalan melalui pengadukan mekanis ataupun memasang penggelembung udara. Biomassa yang terbentuk akan mendegradasi polutan organik. Suplay oksigen juga terkadang mendapat bantuan dari fotosintesis alga maupun ganggang dalam kolam tersebut.
Ø  Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan lagoon aeration
o   Kelebihan :
a.       Biaya pemeliharaan rendah
b.      Effluent yang dihasilkan baik karena daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar sehingga mengoptimalkan kinerja mikroorganisme
c.       Dapat menampung air limbah dengan kuantitas volume yang sangat besar
d.      Tidak menimbulkan bau.


o   Kekurangan :
a.    Membutuhkan lahan yang luas
b.      Membutuhkan energi yang besar, karena disamping untuk suplai oksigen juga untuk pengadukan secara sempurna.    
o   Contoh aplikasi : sistem pengolahan air limbah pada industri pangan.

c) SARINGAN TETES  [TRICKLING FILTER]
Merupakan penyaring berbentuk silinder dengan media berpori yang disusun secara bertumpuk. Proses kerja dari reaktor ini yakni mendistribusikan air limbah melalui bagian atas oleh lengan yang dapat berputar sehingga membentuk spray/tetes-tetes kecil, kemudian berkontak dengan mikroorganisme yang menempel pada media. Tujuan pendisribusian berputar ialah untuk menyebarkan air limbah ke permukaan seluruh media secara merata. Media itu sendiri dapat berupa potongan – potongan batu kerikil/zeolit, silika, arang, pozzolan ataupun bahan isian dari plastik yang berukuran antara 40 -80 mm. Permukaan batuan ini mengandung lapisan (film) mikroorganisme – biasanya, bakteri Zoogloea ramigera dan spesies protozoa bersilia (Carchesium, Opercularia dan Vorticella). Suplai oksigen didapat dari penghembusan oleh blower dari bagian bawah. Penghembusan oleh blower ini juga berfungsi untuk mendistribusikan air limbah menjadi tetesan kecil pada lengan putar.            
Ø  Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan trickling filter
o   Kelebihan :
a.       Tidak memerlukan lahan yang terlalu luas serta mudah pengoperasiannya
b.      Sangat ekonomis dan praktis
c.       Tidak membutuhkan pengawasan yang ketat
d.      Suplai oksigen dapat diperoleh secara alamiah melalui permukaan paling atas media.
o   Kekurangan :
a.       Tidak bisa diisi dengan beban volume yang tinggi mengingat masa biologi pada filter akan bertambah banyak sehingga bisa menimbulkan penyumbatan filter.
b.      Timbulnya bau yang tidak sedap
c.       Prosesnya sering terganggu oleh lalat-lalat yang datang menghampiri.

o   Contoh aplikasi  :    sistem pengolahan limbah cair domestik dan industri obat herbal.

d)    Cakram Biologis Putar  [Rotating Biological Contactor]
RBC yaitu pengolahan yang terdiri atas disc /cakram melingkar yang diputar oleh poros yang diletakkan setengah tercelup dengan kecepatan tertentu (2-3 rpm). Cakram digerakkan oleh motor drive system yang dibenam dalam air limbah, dibawah media. Mikroba tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang disebut biofilm (biasanya terdiri atas bakteri, alga, protozoa, fungi).
                Media film biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga membentuk suatu modul atau paket. Pada saat cakram tercelup kedalam air limbah, biofilm menyerap senyawa organik yang ada dalam air limbah dan pada saat biofilm berada di atas permuaan air, biofilm menyerap okigen dari udara atau oksigen terlarut dalam untuk menguraikan senyawa organik. 
               Pertumbuhan biofilm tersebut makin lama makin tebal, sampai akhirnya karena gaya gravitasi sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya, biofilm pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan sedirinya hingga terjadi kesetimbangan.          
                                 
Proses kerja sistem RBC dapat dijabarkan dengan flowchart dibawah ini :
1.    Bak Pemisah Pasir
           Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya tertahan pada saringan (screen) yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir tersebut.
 
2.    Bak Pengendap Awal
           Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengedap awal. Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian besar mengendap. Waktu tinggal di dalam bak pengedap awal adalah 2 - 4 jam, dan lumpur yang telah mengendap dikumpulkan dan dipompa ke bak pemekat lumpur.
 
3.    Bak Pengatur Debit
           Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit air limbah tersebut dialirkan ke bak  pengatur debit untuk disimpan sementara. Pada waktu debit aliran turun, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal bersama-sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.
 
4.    Kontaktor (reaktor) Biologis Putar
           Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari bahan polimer atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros, diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikroorganisme akan tumbuh pada permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis. Biofilm yang tumbuh pada permukaan media inilah yang akan menguraikan senaywa organik yang ada di dalam air limbah.
5.    Bak Pengendap Akhir
           Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan ke bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpahan dari bak pengendap akhir relatif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar bak di pompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal.
6.    Bak Khlorinasi
           Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine sehingga seluruh mikroorganisme patogennya dapat di matikan. Selanjutnya dari bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.
 
7.    Bak Pemekat Lumpur
           Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur di aduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25 jam, selanjutnya air supernatant yang ada pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur.

Tujuan dan Manfaat
Secara umum tujuan serta manfaat pengolahan air limbah secara biologi yaitu sebagai berikut :
·         Degradasi (penguraian) bahan organik
·         Transformasi zat organik  menjadi zat yang   kurang  berbahaya
·         Nitrifikasi/Denitrifikasi
·         Menggunakan kembali zat  organik dalam air limbah (misalnya gas metana).

Keuntungan dan Kekurangan Pengolahan Limbah
Keuntungan :
       Menghasilkan biogas (70-90 % CH4).
       Tidak membutuhkan energi untuk oksidasi
       Membutuhkan area lebih kecil
       Lumpur yang dihasilkan sedikit.
Kekurangan
       Temperatur air limbah harus dijaga sekitar 20-35 C
       Anaerobik effluen perlu diolah lagi secara aerob sebelum di buang
       Tidak sesuai untuk mengolah air limbah dengan konsentrasi nitrat dan atau sulfat tinggi.
       Pengoperasian cukup rumit karena sangat tergantung pada temperatur dan pH air limbah.
Karakteristik Komponen Organik Air Limbah
Terdapat banyak komponen bahan dan microorganisme yang di kategorikan sebagai pencemaran dalam air, yang di kelompokan menjadi 3 komponen :
      Material organik
      Materian inorganik
      Kandungan microba

Tindakan yang harus diambil dalam pembuatan rencana pengolahan air limbah
Pengurangan kuantitas dan konsentrasi buangan harus sedapat mungkin diupayakan. Banyaknya air yang dibuang bisa dikurangi dengan cara penghematan air, merubah atau memperbaiki proses produksi, pemakaian air limbah dalam berbagai tahapan
·         Konsentrasi air limbah bisa dikurangi dengan merubah proses industri
·         memperbaiki peralatan
·         mengambil kembali dan mempergunakan produk sampingan
·         menerapkan pengendalian air limbah secara proporsional
·         memantau sistem atau jaringan pembuangan
Semua hal yang disebutkan di atas harus diperbaiki secara menyeluruh sehingga pencapaian pengurangan konsentrasi air limbah dapat lebih maksimal.